Halaman

Minggu, 13 Desember 2009

MENINGKATKAN KAPASITAS INTELEKTUAL

MENINGKATKAN KAPASITAS INTELEKTUAL

Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat. Kata-kata ini ditulis oleh Salomo, orang yang dikaruniai hikmat luar biasa dalam kasih karunia Tuhan pada jamannya. Hikmat mengandung sebuah pemahaman yang melebihi knowledge / pengetahuan. Tetapi hikmat juga bekerja sama dengan pengetahuan untuk menghasilkan sebuah keputusan yang memberikan hasil maksimal. Dan semuanya harus didasarkan pada takut dan pengenalan akan Tuhan yang merupakan sumber dari pengetahuan.

Jaman ini adalah jaman di mana ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat. Ketika kita bangun di pagi hari, teknologi baru ditemukan, cara-cara baru ditemukan, paradigma-paradigma baru terus berkembang. Jaman ini adalah jaman ketika kita semua dituntut untuk mampu belajar dengan sangat cepat untuk mampu mengikuti arus perkembangan ini.

12 Area penting yang mendasari keputusan-keputusan

Minggu, 22 November 2009

MENINGKATKAN KAPASITAS HATI


MENINGKATKAN KAPASITAS HATI
Pemazmur mengatakan sebuah kata bijak seperti ini : JAGALAH HATIMU DENGAN SEGALA KEWASPADAAN KARENA DARI SITULAH TERPANCAR KEHIDUPAN. Pemazmur dalam hikmat ALLAH memahami sebuah rahasia besar kehidupan, it’s the SECRET! THE TRUE SECRET! Ternyata rahasia besar kehidupan adalah Hati! Di dalam hati manusia terdapat sebuah pemancar yang menghubungkannya dengan sumber kehidupan sejati yaitu TUHAN.
Pemahaman tentang hati ini akan membawa kita kepada pengertian tentang bagaimana meningkatkan kekuatan dan kapasitas hati kita karena dari situlah terpancar kehidupan! Hati yang mati, hati yang rusak, hati yang kotor, hati yang pahit, adalah penyebab macetnya atau matinya kehidupan bahkan sebelum tubuh fisik mengalami kematian.
Bagaimana kita bisa memaksimalkan kapasitas hati kita sehingga hati bisa menjadi alat Tuhan untuk membentuk kehidupan yang sesuai dengan rencanaNya ?

Jumat, 20 November 2009

MENINGKATKAN KAPASITAS IMAN

MENINGKATKAN KAPASITAS IMAN

Kemampuan kita untuk menerima segala sesuatu yang Tuhan sediakan ditentukan oleh kapasitas iman kita. Tuhan memang memberikan kapasitas iman tertentu kepada kita, tetapi apakah selama kita hidup, kita sudah berada kapasitas iman kita yang paling maksimum sehingga seluruh rencana Tuhan atas hidup kita tergenapi dengan sempurna?
Alkitab menuliskan bahwa Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan Firman Tuhan. Inilah rahasia peningkatan kapasitas iman yaitu :
MENDENGAR AKAN FIRMAN TUHAN. Mendengar bukan hanya berarti dengan mendengarkan kotbah dan kaset sudah akan meningkatkan iman kita. TIDAK, sekali lagi TIDAK, orang boleh saja mendengar ribuan kotbah atau hadir di kebaktian-kebaktian untuk mendengar kotbah, tetapi imannya juga tidak bertumbuh. MENDENGAR yang Tuhan inginkan adalah dalam kapasitas HUBUNGAN antara Tuhan dengan manusia. Mendengar tetapi tidak terhubung, tidak akan meningkatkan kapasitas iman kita. Tuhan ingin kita mendengar Dia, bukan mendengar sebuah acara kotbah. Acara kotbah bisa menjadi sarana di mana kehendak Tuhan disampaikan hanya ketika seseorang dalam kondisi terhubung denganNya. Mendengar semacam inilah yang akan meningkatkan kapasitas iman.
MENDENGAR KESAKSIAN-KESAKSIAN. Kesaksian adalah semacam testimony atau bukti. Ketika kita diliputi keraguan akan Firman Tuhan, maka kesaksian-kesaksian (yang benar) akan membantu kita untuk menghilangkan keraguan-keraguan tersebut. Kala kita melihat banyak orang telah mengalami Firman Tuhan, maka iman kita akan ikut terbangun. Anda akan sangat terbantu ketika anda bisa hidup di sebuah lingkungan / komunitas yang dipenuhi oleh orang-orang yang telah mengalami dan melakukan Firman Tuhan.
Langkah terakhir untuk meningkatkan kapasitas iman kita adalah dengan memperkatakan dan bertindak menurut iman yang diberikan Tuhan kepada kita melalui FirmanNya. Dengan berkata-kata maka kita akan dibenarkan (Roma 10 :9), dengan bertindak maka kita sedang melepaskan kuasa Iman tersebut untuk bekerja sama dengan kuasa Tuhan dalam langkah-langkah yang nyata. Dan ketika kita bertindak, terjadi sebuah tuntunan-tuntunan yang merupakan dialog kita dengan Tuhan, dalam keseluruhan proses tersebut kita akan melihat bahwa iman kita akan mulai mengikuti iman Tuhan dalam kapasitas yang terus membesar.(SL)

Jumat, 14 Agustus 2009


MERDEKA IS FREEDOM!!!!

Changing

From DEPENDENCE
to
INDEPENDENCE
to
INTERDEPENDENCE

We Are Colaborated Potential
We Are United Power

The Power of Knowledge and Wisdom

Senin, 10 Agustus 2009

PENUNDAAN / WAKTU MENUNGGU

PENUNDAAN / WAKTU MENUNGGU

Setiap kali seseorang berdoa / memohon sesuatu, setiap kali pula seseorang itu ingin agar doanya cepat dikabulkan. Bahkan kalu bisa seketika itu juga terwujud. Permintaan tanpa jedah waktu adalah impian hampir setiap orang.

Tetapi kita harus bersyukur bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang tahu saat yang tepat dan apa yang tepat. Sebenarnya dunia, dan semua orang di dalamnya akan hidup dalam kesulitan sangat besar ketika semua doa mereka terkabul tanpa waktu antara / waktu menunggu. Bayangkan jika sindrom lampu aladin berlaku dalam kehidupan – Your wish is my command!- dunia ini akan kacau, karena setiap orang punya keinginan yang berbeda, dan setiap keinginan belum tentu beriringan dengan keinginan yang lain.

Waktu menunggu yang diberikan Tuhan adalah waktu bagi kita untuk menilai kembali apa yang kita inginkan / apa yang kita minta.

Tuhan seringkali mengatakan “sampai genap waktunya” artinya Tuhan adalah otoritas yang mengetahui dengan tepat kapan sesuatu itu harus terjadi. Kita harus bersyukur bahwa tidak semua doa kita dikabulkan. Rencana kita tidak sempurna, tetapi Tuhan Yesus adalah perencana sempurna. HikmatNya benar-benar mengetahui saat yang tepat, dan apa yang tepat bagi kita.

Jika saat ini anda sedang menunggu sesuatu, bersyukurlah dan tetaplah berkomunikasi dengan Sang Pemilik Hikmat yang dari padaNya segala sesuatu ditentukan. Mungkin anda harus mengubah doa-doa anda, mengubah permintaan-permintaan anda sampai terjadi deal / kesepakatan yang sempurna antara anda dan Tuhan.

Jika sebuah kesepakatan lahir, maka yang berikutnya adalah perjanjian! Dan sebuah perjanjian antara anda dan Tuhan adalah perjanjian yang akan mengikat baik anda maupun Tuhan!!!!

Bapa kita di dalam nama Yesus Kristus adalah bapa yang luar biasa. Di dalam kemahakuasaanNya Dia mau berunding, bersepakat , dan membuat perjanjian. Kejarlah perundingan dengan Tuhan sampai terjadi sebuah perjanjian. Dia yang begitu luar biasa akan membuatnya terjadi dalam waktuNya.

Haleluyah!!!!!

(S&L)

Komunitas adalah kawanan kecil

Komunitas Adalah Kawanan Kecil

Kawanan kecil adalah ekspresi dari nilai kekeluargaan. Prinsip yang berlaku adalah bahwa pemerintahan Tuhan berdaulat dalam kumpulan kecil. Pengaruh yang besar akan muncul dari kehidupan keluarga yang solid, dan ini hanya bisa efektif dalam kawanan / kumpulan kecil.

Pola hubungan yang muncul dalam sebuah keluarga adalah bahwa setiap anggota keluarga dapat mengekspresikan dirinya / tampil apa adanya tanpa memakai topeng-topeng teknik pergaulan.

Ketika kita mulai memasuki kehidupan berkomunitas, maka pada prinsipnya adalah temukan dengan siapa kita dapat berkomunitas, sebuah komunitas yang sehat akan mendorong setiap anggotanya bertumbuh dan dapat berhubungan satu sama lain tanpa hambatan-hambatan latar belakang, karakter, sosial ekonomi, dan hal lainnya, tetapi semuanya akan bergerak dalam satu irama kolaborasi yang saling memperkuat dan saling mengasah / menumbuhkan. Dimungkinkan adanya konflik, tetapi tetap dalam koridor keluarga.

The Church is not a company, the Church is a family. Gereja seharusnya menjadi suatu kehidupan di mana Tuhan nampak. Untuk mendapatkan pola / contoh yang bisa dilihat kita harus going to the first century Church (kembali kepada kehidupan gereja mula-mula) 1 Kor 12 : 14,18,24,25. Salah satu ciri khas dari the first century Church adalah bahwa orang asing akan mengalami keadaan seperti pulang ke “rumah” (going back to the home). Orang asing akan merasa menjadi anggota keluarga. Di situ akan terdapat hubungan yang bersifat mutual (saling). Dalam hal ini setiap anggota keluarga harus dapat menjadi inisiator dalam sebuah hubungan. Dan perasaan ini tidak bisa muncul karena sebuah senyuman / sapaan seremonial dalam acara-acara pertemuan yang sering kita lihat. Hal ini hanya bisa muncul dalam sebuah kehidupan berkomunitas yang menjadi cara hidup.

Di lingkaran mana sebuah komunitas / Gereja seharusnya berada? Sebuah komunitas harus menetap pada orbit karakter, artinya hubungan-hubungan di dalamnya harus menghasilkan sebuah ketajaman. Jika keluar dari lintasan ini, maka akan terjadi sebuah kekacauan. Ini adalah sebuah Life of Community, intinya adalah diproduksinya sebuah perubahan gaya hidup. Jika tidak ada perubahan, maka lambat laun sebuah komunitas akan keluar dari orbit karakter yang merupakan benih dari kekacauan (chaos).

Ada sebuah janji Tuhan bahwa kepada kawanan kecil akan diberitahukan rahasia Kerajaan Surga.

Participant style adalah sebuah pola yang efektif dalam sebuah komunitas, di mana setiap orang akan aktif dalam saling memberikan kontribusi. Setiap orang harus punya kesempatan yang sama untuk bisa memberikan kontribusi untuk pertumbuhannya dan pertumbuhan komunitas secara aktif. Jangan ada penonton yang pasif. Ini adalah sebuah gaya yang berlawanan dengan gaya one man show, yang akan mengakibatkan pola kepasifan berkembang. Sepertinya akan muncul pola produsen dan konsumen, dan pihak konsumen akan mengkonsumsi apapun secara pasif.

Pola aktif dan pasif ini akhirnya melahirkan sebuah era (terutama di negara-negara Eropa) yang disebut dengan Post Church Christianity (berlalunya era Gereja dan Kekeristenan). Kata Gereja dan Kristen sudah tidak diyakini lagi. Pertemuan-pertemuan begitu membosankan, kotbah-kotbah menjadi acara seremonial yang ditunggu-tunggu kapan selesainya, pendeta-pendeta menjadi nara sumber dari cerita-cerita yang meninabobokan. Mengapa ? Karena yang lain tidak aktif, muncul sindrom teater, penonton dan pemain. Jika pemain bagus, maka penonton bersorak, jika pemain tidak bagus maka penonton tidur atau menganalisa dengan “bijaksana”. Participant style akan menahan laju dari Post Church Christianity. Participant style harus dijalankan dalam sebuah kelompok kecil di mana Tuhan memerintah. Di dalamnya harus dibicarakan tentang Yesus, sebuah kehidupan yang seperti Yesus. Dan sebuah komunitas hanya bisa terbentuk ketika Tuhan memerintah di dalamnya.

Sumber : kotbah Ibu Onna Tahapari pada pertemuan Salt and Light 3-8-2009

Jangan Berkomunitas

JANGAN BERKOMUNITAS!

Ya! jangan berkomunitas apabila anda :

Tidak mau bertumbuh

Tidak mau mengalami perubahan

Tidak mau dibentuk

Tidak mau mengalami multiplikasi

Tidak mau mengalami kuasa Allah

Tidak mau diajar

Tidak mau berubah karakter

Apabila anda mau mati rohani

Atau anda sudah merasa cukup bagus di hadapan Tuhan.....????

Komunitas adalah gejala alam semesta. Sel berkumpul membentuk jaringan, jaringan berkumpul menjadi anggota tubuh, anggota tubuh berkumpul menjadi person, person menjadi masyarakat, dan masyarakat menjadi umat manusia.

Bintang-bintang dan planet berkumpul membetuk gugusan-gugusan tata surya, tata surya berkumpul membentuk galaksi, dan galaksi-galaksi berkumpul membentuk alam semesta.

Komunitas adalah sifat dan cara Tuhan, dan menjadi sifat semua ciptaanNya. Berkomunitas adalah hal yang alamiah....so natural!!!

Pada masa Perjanjian lama, setan disebut dengan arti sebagai musuh. Dalam perjanjian Baru setan ditulis dengan kata diablo (pemecah belah).

Hal ini jelas menandakan bahwa sebuah persatuan (komunitas) mengandung suatu kekuatan yang dapat menghancurkan kuasa iblis. Oleh sebab itu iblis selalu berusaha untuk menghilangkan / memecah belah kesatuan.

Dalam prakteknya, komunitas akan efektif dalam kelompok-kelompok kecil. Yesus sendiri dalam pelayanan besarnya bagi dunia selalu fokus pada kelompok kecil (12 orang). Setelah ia terangkat ke Surga, 12 orang ini menjadi public relation yang menruskan berita keselamatan kepada bangsa-bangsa (dipelopori oleh Rasul Paulus).

Matius 12 : 19 menyatkan kuasa yang dimilki oleh orang-orang percaya. Tetapi kuasa ini baru bekerja dengan powerfull ketika ada kata sepakat. Kata sepakat mengindikasikan adanya persetujuan lebih dari satu orang. Dan sudah dibuktikan bahwa 2-3 orang lebih mudah bersepakat daripada ribuan orang. Dan jika benar bahwa bisa terbentuk ribuan orang yang bisa sepakat 100%, maka wajah dunia akan berubah dalam waktu singkat.

Mengapa harus ada komunitas?

Komunitas berhubungan dengan pertobatan.

Ketika seseorang berpindah dari gelap kepada terang (bertobat), maka orang tersebut harus berpindah komunitas, yaitu komunitas yang berbeda dengan komunitas sebelum bertobat. Mungkin orang tersebut sudah tidak ingin kembali kepada dosa-dosa lama, tetapi kekuatan pergaulan yang buruk bisa menyertenya kembali kepada dosa-dosa lama. Inilah kekuatan komunitas dalam menjaga seseorang supaya tetap pada jalur pertobatan.

Komunitas berhubungan dengan pembentukan karakter.

Karakter tidak bisa diajarkan, pengjaran tentang karakter seringkali hanya memberi pengetahuan, tetapi tidak memebri kekuatan untuk merubah. Karakter hanya bisa terbentuk dengan melakukan. Karakter tebentuk dengan berhubungan dengan orang lain (ams 27 : 17), di sini proses pembentukan itu terjadi. Tetapi kita hanya bisa diproses oleh orang yang dekat dengan kita.Dan di komunitas akan terbentuk kedekatan yang saling menajamkan ini.

Komunitas behubungan dengan pelayanan.

Pendapat umum mengatakan bahwa pelayanan = aktifitas. Beraktifitaslah, maka engkau sudah melayani begitu yang sering kita lihat sekarang ini. Tidak heran banyak orang yang akhirnya mencari kesibukan tetapi sebenarnya belum melayani Tuhan.

Tuhan adalah tuan. Bentuk hubungannya adalah seperti Tuan dan pelayan / Boss dengan pembantunya. Artinya pelayan disebut melayani bossnya hanya ketika ia mengikuti perintah sang boss. Tetapi apabila yang dilakukannya tidak sama dengan perintah, maka sebenarnya ia belum melayani walaupun sudah beraktifitas. Aktifitas tanpa melakukan perintah tidak sama dengan melayani.

Bagaimana kita bisa tahu kehendak Tuhan! Dari Firman dan dengan berdoa. Dengan kita berdoa maka kehendak Tuhan akan menjadi sempurna (Roma 12 :2)

Agenda dalam komunitas.

Komunitas bukanlas sebuah program, tetapi sebuah gaya hidup. Didalam gaya hidup tersebut terdapat PERESEKUTUAN, PERHATIAN, KEPEDULIAN, SALING MEMBERI DAN BERBAGI, SALING MENDOAKAN.

Sumber : Kotbah Budi Utomo (Saint Movement) pada Salt and Light 27-Juli-2009

Catatan : Akan terdapat ribuan pengajaran tentang komunitas, tetapi sekali lagi kita harus sadar bahwa sebuah cara hidup tidak bisa diteorikan atau diajarkan atau dikotbahkan, hanya bisa terjadi dengan dilakukan.....melakukan. Selamat berkomunitas!!!

Senin, 13 Juli 2009

Memahami sebuah training

Memahami sebuah training

Agar tentara bisa berperang dan menembak dengan baik diperlukan sebuah pelatihan (training). Seorang dokter harus mengalami training bertahun-tahun sebelum diijinkan untuk mengobati seorang yang sakit. Seorang pemain sepak bola harus mengalami training agar bisa bertanding dengan baik. Sebuah training juga diperlukan dalam menjalani kehidupan nyata.
Tetapi pertanyaannya seberapa efektif sebuah training mencapai tujuan-tujuan training tersebut? Hal yang harus dipahami setelah seseorang mengalami/ mengikuti sebuah training adalah kesadaran bahwa training bukanlah sebuah alat pencetak atau sebuah mesin foto kopi. Jika seseorang memandang bahwa sebuah training adalah alat pencetak, maka seseorang tersebut akan bersikap pasif dan menunggu reaksi/ akibat yang terjadi setelah training tersebut, tetapi ketika dampak yang diharapkan belum terjadi, maka sesorang tersebut akan kecewa atau kehilangan semua hal yang didapatkan pada training tersebut.

Training harus dimasuki sebagai sebuah ruang, di mana di ruang tersebut tersedia berbagai macam senjata, berbagai macam paradigma, berbagai macam pengetahuan dan pencerahaan. Seorang pengikut training harus cakap mengambil semua hal yang disediakan tersebut dan dengan maksimal menggunakannya dalam sebuah kehidupan yang bertumbuh.Kita dibentuk dalam kehidupan nyata, karakter kita terbentuk dalam kehidupan nyata, dan sebuah training akan membantu, mengarahkan, bahkan mempercepat kita mengalami sebuah kehidupan yang bertumbuh, sebuah TRANSFORMASI KEHIDUPAN.

Kamis, 19 Februari 2009

TELUR

Kita sering mendengar kisah ini, sebuah telur rajawali ditemukan seorang petani dan menaruhnya di sebuah kandang ayam. Akhirnya telur ini menetas dan muncullah seekor anak rajawali di kerumunan ayam. Sepanjang hidupnya anak rajawali ini berpikir dan bertindak sebagai ayam, dan di kisah tersebut anak rajawali ini mati sebagai seekor ayam.
Sesuai dengan kenyataan bahwa di dunia ini banyak sekali kemungkinan, maka kita bisa melihat beberapa kemungkinan dari cerita ini :

1. Kisah kedua adalah bahwa anak Rajawali ini benar-benar menjadi rajawali.
Di episode ketika anak rajawali ini melihat seekor burung besar melintas di atas kandangnya....dia bertanya kepada saudara-saudaranya burung apakah itu, saudara-saudaranya mengatakan bahwa itu adalah seekor rajawali. Nah sejak hari itu anak rajawali ini mulai muncul kesadarannya tentang siapa dirinya. Anak rajawali ini mulai bertindak sesuai dengan kesadaran dan naluri seekor rajawali. Dan kita bisa mengetahui kelanjutannya, suatu hari anak rajawali ini akan terbang melintasi langit sesuai dengan kodrat dirinya.

2. Kisah ketiga adalah tentang sebutir telur ayam yang dibawa oleh seorang petani. Telur ayam ini jatuh di tengah sawah, dan ditemukan oleh seekor rajawali. Rajawali ini membawa telur ayam ini jauh tinggi ke atas bukit karang dan menaruhnya di sarang diatara telur-telur rajawalinya. Telur ini dierami dan akhirnya juga menetas dan lahirlah seekor anak ayam di tengah-tengah rajawali. Anak ayam ini diajari berbicara, berpikir, dan bertindak seperti seekor rajawali, bahkan mungkin induk rajawali akan terus menerus mengatakan kepada anak ayam ini "Kamu anak rajawali!" "Kamu anak rajawali!" "Kamu anak rajawali" dan anak ayam ini juga terus menerus melakukan affirmasi dan "pengakuan iman" bahwa "aku ini anak rajawali". Anak ayam ini mampu berbicara, berpikir , betindak seperti rajawali, tetapi ada satu hal yang selama hidupnya dia tidak bisa lakukan walaupun dilatih berkali-kali....anak ayam ini tidak mampu terbang sampai hari kematiannya.

Dari ketiga cerita tersebut, kita bisa melihat bahwa sebuah paradigma ternyata tidak bisa merubah sebuah kodrat/jati diri. Sebuah paradigma mungkin bisa merubah keadaan/ situasi, tetapi tidak bisa merubah sebuah jati diri.Anak rajawali itu mampu terbang karena memang dia memang seekor rajawali dan anak ayam itu walaupun diberikan ribuan kali perubahan paradigma tetap saja dia seekor anak ayam, karena DNAnya bukan rajawali, cetak birunya tidak bisa berubah dengan hanya merubah paradigmanya. Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa kemaksimalan hanya bisa tercapai dengan penemuan jati diri yang sesungguhnya, setelah jati diri (being) ditemukan maka kehidupan akan berjalan di relnya. Anak rajawali akan maksimal dengan berlaku sebgai rajawali, dan anak ayam akan maksimal dengan berlaku sebagai anak ayam dan bertumbuh sebagai ayam. Rajawali tetap rajawali dan ayam tetap ayam, kecuali sebuah rekayasa genetika terjadi.

Siapakah jati diri kita?
Kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (kejadian 1:26).
Tuhan katakan bahwa kita ini bangsa yang terpilih, Imamat yang Rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. Firman Tuhan bukanlah sebuah paradigma, Firman Tuhan adalah sebuah realita. Paradigma bisa berubah, tetapi Firman Tuhan tidak bisa berubah. Jadi kita harus bersyukur bahwa jati diri kita di mata Tuhan bukanlah sebuah paradigma, melainkan sebuah realita. DNA kita adalah DNA ilahi dari mulanya, oleh sebab itu adalah mungkin bagi kita untuk berpikir, bertidak , dan berlaku sesuai dengan potensi ilahi kita, bukan berdasarkan sebuah paradigma, tetapi berdasarkan sebuah penemuan realita sesuai dengan Firman Tuhan.
Dan akhirnya mari kita pikirkan bersama, apakah tulisan ini sebuah paradigma?

Minggu, 15 Februari 2009

Teknologi dan waktu bersama Tuhan

Beberapa edisi yang lalu di sebuah renungan harian ada sebuah artikel yang membahas tentang kemajuan teknologi dan hilangnya waktu bersama Tuhan.
Teknologi diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia supaya lebih cepat dan lebih mudah. Tetapi mengapa teknologi yang lebih cepat dan lebih mudah justru membuat manusia mempunyai waktu yang lebih sedikit dan menjadi lebih sibuk?
Berikut ini adalah alasan-alasan di balik fenomena tersebut.

1. Karena teknologi membutuhkan biaya.
Supaya lebih mudah dan lebih cepat, sebuah microwave, rice cooker, handphone, komputer, mobil, motor , membutuhkan biaya. Untuk membiayai semua ini, manusia harus bekerja lebih keras. Rice cooker memerlukan listrik, handphone memerlukan pulsa, dan mobil/ motor memerlukan bahan bakar dan biaya perawatan. Secara tidak sadar manusia akhirnya harus bekerja sangat keras untuk membiayai alat-alat yang ditemukan dan diciptakannya sendiri. Dan dalam usahanya itu diperlukan waktu berjam-jam untuk menghasilkan pendapatan guna menutup biaya-biaya tersebut. Dengan demikian sebagian pertanyaan mengapa manusia menjadi lebih sibuk dan kehilangan waktu telah terjawab.
2. Karena teknologi telah menjadi sebuah simbol status yang baru.
Tanda-tanda kemakmuran, lambang-lambang status dan kesuksesan telah mendapatkan namnya dalam merek-merek terkenal mulai dari pakaian hingga kendaraan. Nah, manusia berjuang keras untuk mendapatkan dan mempertahankan lambang-lambang ini. Di tingkat ini teknologi telah mengalami peningkatan peran bukan saja sebagi alat bantu tetapi sebagai jati diri. Gelombang ini menimbulkan generasi high tech yang cenderung hedonis. Bahkan sering ditemui segala macam cara ditempuh mulai dari menjadi workalcoholic, sampai harus berbuat jahat untuk mendapatkannya. Dan imbasnya juga mempengaruhi hubungan dengan Tuhan, manusia menjadi sibuk dan jarang berdoa, atau berdoa juga tetapi doa-doanya dipenuhi dengan permintaan akan barang-barang elektronik dan mesin-mesin. Mungkin jika kita diijinkan melihat buku permintaan di Surga, akan bertaburan berbagai merek-merek terkenal memenuhi buku permintaan di Surga, dan sebagian di antaranya disertai doa dan puasa. Mungkin karena ini juga hikmat terbesar manusia saat ini adalah menemukan alat-alat baru karena Surga begitu baik untuk mengijinkan teknologinya digunakan oleh manusia. Pertanyaannya, apakah kita harus kembali ke jaman Batu?
Manusia tidak perlu kembali ke jaman batu, tetapi yang perlu dirubah dalah paradigmanya tentang pemenuhan kebutuhan. Teknologi berkembang dengan kecepatan menit dan tidak mungkin terbendung. Meninggalkan teknologi berarti sama dengan membiarkan diri kita tertelan arus dan jauh tertinggal. Yang perlu kita lakukan adalah rethinking the needs and activities. Kebutuhan utama kita yang terutama adalah Tuhan. dan Tuhan yang harus menjadi prioritas. Sekali kita menemukan prioritas ini, kita tidak akan terjebak dalam perlombaan yang menghancurkan di dalam gaya hidup. Prioritas yang tepat akan menjadikan kita mampu menentukan apa yang penting dan tidak penting, selanjutnya kita bisa menentukan apa yang menjadi kebutuhan utama kita di dalam prioritas tersebut.
Tuhan kan memberikan teknologi yang kita perlukan beserta biayanya ketika kita memang memerlukannya tanpa harus mengorbankan sebuah hal terpenting di dalam kehidupan yaitu relasi/hubungan dengan Tuhan. Jadi kita bisa mempunyai waktu lebih banyak untuk menjalin hubungan dengan Tuhan, tanpa harus memaksa Tuhan memberi kita sebuah BMW ketika kita tidak memerlukannya.
Rethinking the needs anda activities! Kebutuhan utama kita adalah Tuhan, Aktifitas-aktifitas kita harus menghasilkan sebuah hubungan. Sebuah hubungan akan menghadirkan kerajaan Allah dalam hidup kita. Ketika kerajaan Allah hadir dalam hidup kita, itu berarti adalah segalanya!
Allah kita akan memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus.
Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.

Sabtu, 10 Januari 2009

GIVING! NOT BRANDING!- MOVEMENT! NOT TREND!

GIVING! NOT BRANDING!- MOVEMENT! NOT TREND!

Saat ini nampaknya gerakan memberi , berderma, berbagi, bukan hanya menjadi milik orang percaya (baca : Kristen/ Gereja). Gerakan ini sudah menjadi gerakan global di seluruh dunia. Organisasi-organisasi agama, social, politik, Negara, dunia bisnis, komunitas-komunitas dalam masyarakat telah masuk dalam pergerakan ini. Penyebutannya pun berbeda-beda di antaranya Filantropi, CSR (Corporate Social Responsibility), derma, giving, berbagi dan sebagainya.

Sekilas, hal ini nampak baik dan menggembirakan, tetapi jika kita lihat kenyataan di lapangan, belum terjadi dampak yang signifikan akibat arus pergerakan yang kelihatan begitu gegap gempita di media massa. Mengapa? Karena nampaknya gerakan memberi yang terjadi tidak lebih merupakan sebuah kegiatan PUBLIC RELATION (PR), BRANDING (strategi merek), dari pergeseran trend pemasaran dalam dunia bisnis yang sekarang lebih mengacu pada CSR (corporate social responsibility) demi menguatkan sebuah nama organisasi atau merek di tengah masyarakat (Pasar/market). Ini adalah anak dari kapitalisme atau bisa juga disebut kapitalisme yang baik.

Ini merupakan suatu peringatan bagi orang percaya / Gereja, saatnya memeriksa kembali motivasi, tujuan, serta alasan kita untuk memberi atau berbagi, atau jangan-jangan kita sudah masuk dalam arus besar GLOBAL GIVING IN THE NAME OF MARKETING!

Alkitab, hati nurani, suara ROH KUDUS, damai sejahtera di dalam hati kita merupakan alat pemeriksa yang paling tepat saat ini untuk mengukur ketulusan kita dalam melakukan pergerakan memberi ini. Jika pergerakan ini murni, akan terus berjalan dengan anugrah Tuhan, tetapi jika hanya sebuah trend maka akan berhenti dengan sendirinya seperti momentum yang terjadi pada mobil mainan tanpa baterai.

Alat pemeriksa yang kedua adalah dari buah-buah yang dihasilkan, Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. (Matius 12:33). Atau dengan kata lain dampak apakah yang terjadi di lingkungan sekitar pergerakan itu terjadi? Perubahan-perubahan apakah yang terjadi atas sebuah kota / negara? Memang perlu waktu, tetapi setidaknya kita harus terus menjaga kemurnian tetap ada ketika melakukannya atau kita menjadi sama dengan sebuah perusahaan yang menjajakan suatu produk sambil menebar umpan (pemberian).

Saat ini lalang sudah tumbuh semakin besar, sama besar dengan gandum , bahkan nampak sama indahnya…..hati-hati!

Wrote in the wisdom of The Kingdom