Halaman

Minggu, 15 Februari 2009

Teknologi dan waktu bersama Tuhan

Beberapa edisi yang lalu di sebuah renungan harian ada sebuah artikel yang membahas tentang kemajuan teknologi dan hilangnya waktu bersama Tuhan.
Teknologi diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia supaya lebih cepat dan lebih mudah. Tetapi mengapa teknologi yang lebih cepat dan lebih mudah justru membuat manusia mempunyai waktu yang lebih sedikit dan menjadi lebih sibuk?
Berikut ini adalah alasan-alasan di balik fenomena tersebut.

1. Karena teknologi membutuhkan biaya.
Supaya lebih mudah dan lebih cepat, sebuah microwave, rice cooker, handphone, komputer, mobil, motor , membutuhkan biaya. Untuk membiayai semua ini, manusia harus bekerja lebih keras. Rice cooker memerlukan listrik, handphone memerlukan pulsa, dan mobil/ motor memerlukan bahan bakar dan biaya perawatan. Secara tidak sadar manusia akhirnya harus bekerja sangat keras untuk membiayai alat-alat yang ditemukan dan diciptakannya sendiri. Dan dalam usahanya itu diperlukan waktu berjam-jam untuk menghasilkan pendapatan guna menutup biaya-biaya tersebut. Dengan demikian sebagian pertanyaan mengapa manusia menjadi lebih sibuk dan kehilangan waktu telah terjawab.
2. Karena teknologi telah menjadi sebuah simbol status yang baru.
Tanda-tanda kemakmuran, lambang-lambang status dan kesuksesan telah mendapatkan namnya dalam merek-merek terkenal mulai dari pakaian hingga kendaraan. Nah, manusia berjuang keras untuk mendapatkan dan mempertahankan lambang-lambang ini. Di tingkat ini teknologi telah mengalami peningkatan peran bukan saja sebagi alat bantu tetapi sebagai jati diri. Gelombang ini menimbulkan generasi high tech yang cenderung hedonis. Bahkan sering ditemui segala macam cara ditempuh mulai dari menjadi workalcoholic, sampai harus berbuat jahat untuk mendapatkannya. Dan imbasnya juga mempengaruhi hubungan dengan Tuhan, manusia menjadi sibuk dan jarang berdoa, atau berdoa juga tetapi doa-doanya dipenuhi dengan permintaan akan barang-barang elektronik dan mesin-mesin. Mungkin jika kita diijinkan melihat buku permintaan di Surga, akan bertaburan berbagai merek-merek terkenal memenuhi buku permintaan di Surga, dan sebagian di antaranya disertai doa dan puasa. Mungkin karena ini juga hikmat terbesar manusia saat ini adalah menemukan alat-alat baru karena Surga begitu baik untuk mengijinkan teknologinya digunakan oleh manusia. Pertanyaannya, apakah kita harus kembali ke jaman Batu?
Manusia tidak perlu kembali ke jaman batu, tetapi yang perlu dirubah dalah paradigmanya tentang pemenuhan kebutuhan. Teknologi berkembang dengan kecepatan menit dan tidak mungkin terbendung. Meninggalkan teknologi berarti sama dengan membiarkan diri kita tertelan arus dan jauh tertinggal. Yang perlu kita lakukan adalah rethinking the needs and activities. Kebutuhan utama kita yang terutama adalah Tuhan. dan Tuhan yang harus menjadi prioritas. Sekali kita menemukan prioritas ini, kita tidak akan terjebak dalam perlombaan yang menghancurkan di dalam gaya hidup. Prioritas yang tepat akan menjadikan kita mampu menentukan apa yang penting dan tidak penting, selanjutnya kita bisa menentukan apa yang menjadi kebutuhan utama kita di dalam prioritas tersebut.
Tuhan kan memberikan teknologi yang kita perlukan beserta biayanya ketika kita memang memerlukannya tanpa harus mengorbankan sebuah hal terpenting di dalam kehidupan yaitu relasi/hubungan dengan Tuhan. Jadi kita bisa mempunyai waktu lebih banyak untuk menjalin hubungan dengan Tuhan, tanpa harus memaksa Tuhan memberi kita sebuah BMW ketika kita tidak memerlukannya.
Rethinking the needs anda activities! Kebutuhan utama kita adalah Tuhan, Aktifitas-aktifitas kita harus menghasilkan sebuah hubungan. Sebuah hubungan akan menghadirkan kerajaan Allah dalam hidup kita. Ketika kerajaan Allah hadir dalam hidup kita, itu berarti adalah segalanya!
Allah kita akan memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus.
Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.

Related Post



Tidak ada komentar: