Halaman

Senin, 11 Agustus 2014

Ringkasan Kotbah : Ibadah Yang Benar

Ringkasan kotbah
Pembicara : Pdt. Pardomuan Sihombing
Salt & Light Community tanggal 4 Agustus 2014
Tempat : Gedung Ramayana – Jalan Pahlawan Madiun
Judul : Ibadah Yang Benar 


Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. Yoh 4 : 23-24

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma 12 : 1-2

Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itu pun penuhlah dengan asap. Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam." Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni." Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" Yesaya 6 : 1-8

Yesaya adalah seorang nabi yang besar dan berpengaruh pada masanya, ia dengan tepat menubuatkan kelahiran Yesus. Dalam kebesarannya nabi Yesaya tetap memerlukan Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Kehidupan ibadah Yesaya mengalami proses yang akhirnya menghasilkan sebuah kehidupan yang sangat merdeka. Bagaimana sikap ibadah Yesaya yang perlu kita pahami dan menjadikannya sebuah model ibadah yang sejati.

1. Sikap utama Yesaya adalah “Aku mau bertemu Tuhan”.
Entah dalam sebuah kumpulan ibadah yang besar atau kecil, kesadaran dan keinginan untuk bertemu Tuhan adalah sebuah dasar dari ibadah yang sejati.

Pada masa Yesaya, kondisi sosial politik di negaranya sedang tidak kondusif, Uzia adalah seorang raja yang sedang mengalami kejatuhan dalam sistemnya, tetapi dalam kondisi demikian Firman Tuhan tetap disampaikan untuk membuktikan bahwa Raja di atas segala Raja adalah Raja yang berkuasa dalam segala situasi, hanya Dia yang layak disembah. Dan pada saat itu Yesaya mengalami pertemuan dan melihat Tuhan di bait Allah dalam kekudusanNya. Pertemuan ini menghasilkan aspek ke dua dalam kehidupan Yesaya yaitu :

2. Mengenal diri sendiri

Pada saat Yesaya bertemu dengan Tuhan yang kudus, Yesaya bisa melihat dirinya sendiri secara jelas. Kekudusan Tuhan bagaikan sebuah cermin yang menampilkan ketidakudusan manusia di hadapanNya. Yesaya bisa melihat segala kelemahannya dan dosa dari bangsanya. Yesaya menyadari bahwa kelemahannya ada di mulutnya, dan itu membuat Yesaya semakin sadar bahwa dia dan bangsanya memerlukan kesembuhan, penyucian, dan pemulihan. Kebenaran Firman Tuhan akan membuat kita menyadari segala kelemahan kita, mengetahui kondisi diri kita dan bahwa kita memerlukan pemulihan dari dosa. Kesadaran ini akan membawa sebuah kehidupan ibadah kepada aspek ke tiga dalam ibadah yaitu :

3. Pengampunan

Pada penglihatannya Yesaya melihat sebuah bara yang dipegang dengan sepit dari atas mezbah dan disentuhkan ke mulutnya.

Sebuah bara yang disentuhkan ke atas sebuah luka adalah sebuah proses vaksinasi untuk mematikan kuman-kuman yang menimbulkan penyakit. Dan proses tersebut selalu menimbulkan bekas yang akan mengingatkan bahwa kesembuhan sudah terjadi.

Pengampunan adalah kebutuhan setiap hari, karena kita belum sempurna dan banyak melakukan kesalahan. Pengampunan sangat diperlukan untuk sebuah kehidupan rohani yang sehat, sama seperti tubuh selalu memerlukan pembersihan untuk membuatnya tetap sehat. Dan peristiwa pengampunan hanya terjadi ketika kita mengalami pertemuan dengan Tuhan secara intim.

Pengampunan adalah awal dari pemulihan dan kemerdekaan batin dan akan menghasilkan sebuah revolusi dan transformasi diri menuju kondisi yang lebih baik. Di dalamnya ada perubahan akal budi yang menjadi selaras dengan Firman Tuhan dan benar-benar memerdekakan. Kita dilayakkan di hadapan Tuhan dan tumbuh dalam kemelekatan padaNya secara sempurna.

Ke tiga proses di atas adalah dasar dari sebuah ibadah sejati. Kerinduan akan Tuhan membuat kita mengenal diri sendiri, ketika kita mengenal diri sendiri kita akan mengerti bahwa kita memerlukan pemulihan. Pengampunan dan pemulihan akan menghasilkan kemerdekaan, kemerdekaan karena pengampunan sejati dari Tuhan akan membuat seseorang menjadi seorang yang kuat karena mempunyai kemampuan untuk juga mengampuni.....dan berdiam dalam sebuah totalitas kemerdekaan yang sempurna.

Be Salt and Be Light ! Let’s be the true worshiper !


Related Post



Tidak ada komentar: