Pembicara : Pdt. Edwin Susanto
Salt & Light Community tanggal 05 Mei 2014
Tempat : Gedung Ramayana – Jalan Pahlawan Madiun
Judul : Hati dan Tangan
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”
Hati merupakan sumber kehidupan, dari sana muncul tujuan-tujuan hidup kita. Dari hati mucul harapan-harapan kita dalam kehidupan. Menjaga hati adalah sama dengan menjaga kehidupan itu sendiri.
Tujuan-tujuan yang mucul di hati kita memerlukan tubuh fisik (tangan) untuk menggapainya. Tangan melaksanakan tugas-tugas yang diperlukan untuk menggapai sebuah tujuan. Tangan adalah tindakan yang merupakan kelanjutan dari apa yang ada di hati kita.
“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya”
“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya”
Rajin adalah tindakan kita untuk menerima kekayaan yang sudah disediakan bagi kita. Artinya bahwa menjadi kaya adalah kehendak dan ide Tuhan dalam hidup kita. Tangan yang rajin adalah tindakan menerima, bukan lagi tindakan mencari kekayaan, karena kekayaan sudah diberikan kepada kita dalam kehendak Tuhan. Hal ini mempunyai korelasi atas tindakan Tuhan yang lebih besar dalam hal berikut ini :
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”
Yohanes 3:16 dan 2 Kor 8:9 adalah sebuah peristiwa yang sama. Baik persoalan kehidupan kekal dan soal kehidupan di bumi telah diselesaikan di atas kayu salib.
Kemampuan kita untuk percaya bahwa kekayaan sudah diberikan mempunyai bobot yang sama dengan iman bahwa kita sudah diselamatkan. Keduanya berhubungan erat dalam penggenapan destiny Tuhan dalam hidup kita. Dan untuk menerima keduannya diperlukan tindakan, baik tindakan percaya untuk mengerjakan keselamatan dan tangan yang rajin untuk menerima kekayaan.
Ada sebuah dasar untuk mencapai sebuah impian dan mewujudkannya dalam tindakan menerima :
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”
Ajarlah kami : memiliki makna bahwa di sana terdapat kerendahan hati. Hanya seseorang dengan kerendahan hati sanggup berkata ajarlah kami.
Mengitung hari : kemampuan untuk memperhatikan apa yang sedang dan apa yang akan kita jalani. Sebuah kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidup dari hari ke hari yang akan melahirkan sebuah hati yang bijaksana. Hati yang bijaksana merupakan sebuah bangunan di atas sebuah dasar kerendahan hati.
“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang”
Untuk menjadi bijak diperlukan juga kemauan untuk bergaul dengan orang bijak. Mau untuk bergaul dan belajar dengan orang bijak menunjukkan bahwa kita bukan orang bijak. Mungkin dalam situasi tersebut harga diri kita terabaikan karena perbedaan pemahaman dsb. Dalam situasi seperti inipun diperlukan kerendahan hati. Jadi dengan kerendahan hati kita akan mampu untuk menjadi orang bijak.
Contoh :
Mungkin kita merasa menyesal karena sebuah kesalahan, tapi rasa menyesal tersebut tidak berarti apa-apa jika kita tidak mau untuk melakukan perubahan untuk memperbaiki situasi yang salah tersebut. Kita harus membuat sebuah tindakan perubahan begitu pintu untuk melakukan perubahan tersebut terbuka. Belajar dari pengalaman kehidupan sehari-hari akan memberikan kita hati yang bijak.
Ada banyak orang yang gagal untuk mencapai mimpinya. Ada banyak orang yang punya mimpi yang besar, tetapi banyak yang gagal juga karena terfokus hanya kepada mimpinya tetapi tidak mengetahui bagaimana cara untuk mencapai mimpi tersebut.
Apa yang ada di tangan kita, apa yang kita kerjakan di hari-hari ini, bisa membuka pintu kesempatan atau juga menutup pintu kesempatan. Jika kita mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang ada ditangan kita, hal itu akan membuka pintu kesempatan di hari-hari selanjutnya. Tetapi jika mengabaikan dan mengerjakan dengan asal-asalan apa yang ada di tangan kita, maka mungkin pintu kesempatan akan tertutup di hari-hari selanjutnya.
Kita harus mengerjakan dengan sunguh-sunguh apa yang ada ditangan kita, dengan hati percaya bahwa Tuhan sudah memberikan semuanya. Yang kita kerjakan bukan lagi mencari, tetapi dalam rangka proses menerima apa yang sudah dilakukan dan dijanjikan Tuhan.
Antara tindakan dan tujuan harus ada sinkronisasi. Karena bisa saja kita mengerjakan sebuah tugas atau pekerjaan, tetapi kehilangan tujuan dari pekerjaan tersebut. Sinkronisasi antara tindakan dan tujuan akan memberikan kekuatan pada tindakan-tindakan dan pekerjaan yang kita lakukan. Misalnya seorang penerima tamu di gereja, tugasnya menyambut tamu yang datang. Tetapi hal ini bisa saja dikerjakan tanpa ingat tujuannya yaitu untuk melembutkan hati setiap tamu yang datang. Pemahaman akan tujuan sebuah tindakan akan membuat sebuah pekerjaan bisa dilakukan dengan cara yang terbaik. Seringkali sebuah pekerjaan/tugas sepertinya tidak berhubungan dengan sebuah tujuan dan membuat seseorang tidak mau mengerjakannya. Tetapi jika seseorang memahami sinkronisasi tujuan dan tindakan, maka sebuah mimpi akan dapat diraih.
Apa yang ada di tangan kita dapat dipakai Tuhan untuk menggenapi rencanaNya dalam hidup kita. Kerjakan dengan tekun apa yang ada di tangan saudara. Musa hanya punya tongkat, tapi Tuhan bisa memakainya untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Apa yang kelihatan remeh bisa menjadi sesuatu yang besar. Yusuf, mengerjakan dengan tekun apa yang di tangannya dengan baik dan tidak kecewa, bahkan ketika dalam penjara. Tetapi kesetiaannya membawa Yusuf ke elite kekuasaan di Mesir. Ribka hanya punya gayung, tetapi Ribka bekerja dengan gayungnya dengan penuh semangat, dan hal ini membuat Ribka menjadi bagian sejarah besar dalam keluarga Abraham.
Hargai dan lakukan yang terbaik apa yang ada di tangan kita, tanpa mempersoalkan atau mengingini apa yang ada di tangan orang lain. Bersyukur untuk semua yang kita miliki dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan ini membawa kita dalam sebuah tingkat kedewasaan rohani yang merupakan inti dari semua tujuan dan peristiwa yang ada di dunia.
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”
Penutup
“cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja”
Bahkan seekor cicak tidak bisa mengetahui jawabannya, seekor cicak hanya bekerja hari demi hari untuk mencari nyamuk, dan tiba-tiba kegiatannya tersebut membawanya ke istana raja.
Apa yang kau kerjakan dengan sungguh-sungguh dan tidak meremehkan apa yang ada di tanganmu akan membawamu ke sebuah destiny yang sudah dijanjikan dan dikerjakan Tuhan di atas kayu salib, sejak Dia berkata, “It is finished!”
Be Salt and Be Light ! Persistence !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar